FGD Tahap 1 Proyek SMartDIO

Bagian Farmakologi FK UNS menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) Tahap 1 yang diikuti oleh berbagai elemen kefarmasian di Solo Raya, meliputi apoteker klinis, apoteker komunitas, dosen farmasi, mahasiswa prodi Profesi Apoteker, perwakilan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), dan perawat klinis. Kegiatan yang bertempat di Puri Kencono Lorin Hotel Solo ini dilaksanakan Rabu (28/09/22) dalam rangka menggali informasi dan kebutuhan untuk pengembangan aplikasi mobile (m-app) Pendeteksi Interaksi Obat (PIO) berbahasa Indonesia. Proyek m-app PIO sendiri didanai dari Program Hibah Lompatan Kreatif UNS 2022.

Kegiatan yang dihadiri 40 peserta ini dibuka oleh Dr. dr. Selfi Handayani, MKes selaku Wakil Dekan FK UNS Bidang Perencanaan, Kerjasama, Bisnis dan Informasi, dan menghadirkan Dr. dr. Woro Rukmi Pratiwi, MKes, SpPD, FINASIM dari Departemen Farmakologi & Terapi FKKMK UGM sebagai pembicara. Dr. Woro menyampaikan materi seputar polifarmasi, peresepan irasional dan monitoringnya dalam praktek klinis. 

Dr. Selfi dalam sambutannya sangat mengapresiasi kegiatan ini. Dijelaskan bahwa melalui skema Hibah Lompatan Kreatif, UNS sangat mendukung upaya inovatif yang mendorong pencapaian indeks kinerja utama (IKU) terutama untuk aspek internasionalisasi, revenue generating products, dan magang mahasiswa. Untuk tahun 2022, sebanyak 6 (enam) proposal dari FK berhasil lolos dengan total pendanaan sebesar 2 milyar rupiah. Dr. Nur Hafidha Hikmayani, MClinEpid, PhD selaku ketua penyelenggara kegiatan menambahkan bahwa FGD Tahap 1 ini merupakan salah satu dari serangkaian kegiatan dalam proyek pengembangan m-app PIO. Kegiatan lain yang direncanakan berupa pengiriman staf pengajar untuk mengikuti kursus bersertifikasi seputar farmakovigilansi, penyelenggaraan seri webinar international guest lecture serta lokakarya untuk tim pengembang aplikasi. Dalam mengembangkan m-app PIO, Bagian Farmakologi FK UNS bekerja sama dengan Prodi Teknik Informatika Sekolah Vokasi UNS. 

Sesi materi oleh Dr. Woro berlangsung seru dan interaktif, terutama ketika ditampilkan contoh riil praktik peresepan yang kurang tepat di klinis, baik peresepan secara manual maupun digital (e-prescribing). Terkait isu polifarmasi, beliau menjelaskan bahwa tidak semua praktik polifarmasi selalu menimbulkan efek negatif, bahkan ada yang sengaja diambil efek positifnya. Namun beliau juga menggarisbawahi bahwa potensi interaksi antarobat memang idealnya harus selalu dicek.

Dalam sesi FGD, peserta menunjukkan antusiasme yang sangat tinggi dengan membagikan pengalaman dalam memanfaatkan laman atau aplikasi PIO berbahasa Inggris saat bertugas sesuai peran masing-masing. Hampir semua apoteker klinis, terutama di bagian rawat inap, rutin melakukan pengecekan terhadap peresepan polifarmasi dan obat-obat dengan jendela keamanan (therapeutic window) yang sempit. Dalam lingkup akademis, polifarmasi dan interaksi obat menjadi materi yang selalu diselipkan dalam kurikulum farmasi dan termasuk yang diujikan dalam OSCE di tahap profesi. Kritik, hambatan dan saran peserta selama menggunakan aplikasi PIO yang tersedia selama ini menjadi bahan masukan yang sangat berharga dalam pengembangan m-app PIO oleh Bagian Farmakologi FK UNS. Rencana kehadiran m-app PIO berbahasa Indonesia yang disesuaikan dengan konteks klinis di Indonesia – yang nantinya akan diberi nama SMartDIO – disambut dengan sangat baik oleh peserta. Mereka sangat berharap agar aplikasi SMartDIO bisa segera terealisasi dan diluncurkan di marketplace agar dapat menunjang kebutuhan tenaga kesehatan maupun tenaga pendidik dalam bekerja. Acara FGD yang dipandu oleh dosen-dosen Bagian Farmakologi berlangsung selama kurang lebih 1 jam. Dr. dr. Setyo Sri Raharjo, MKes selaku Kepala Bagian Farmakologi FK UNS memberikan simpulan hasil FGD dan menutup acara.